Tau kah kamu? Rusia punya sistem kalender yang unik dan berbeda, loh. Maksudnya, ada kalender Gregorian yang dipakai untuk urusan negara dan publik, tapi Gereja Ortodoks Rusia masih merujuk kalender Julian untuk perayaan keagamaan. Kedengarannya ribet? Sebenarnya ini soal sejarah, agama, dan rasa ingin menjaga apa yang diwariskan leluhur. Berikut tiga alasan utama yang menjadi alasan mengapa Rusia memiliki sistem kalender yang berbeda.
- Jejak Sejarah yang Panjang
Kalender Julian bukanlah barang baru: ia dipakai sejak zaman Romawi dan akhirnya menyebar ke wilayah-wilayah yang terpengaruh budaya Bizantium, termasuk Rusia lama. Selama berabad-abad, tanggal-tanggal penting upacara, pesta panen, perayaan agama tercatat dan dijalankan menurut hitungan Julian. Jadi ketika negara-negara Barat mulai beralih ke kalender Gregorian pada abad ke-16 karena akurasi astronomis, Rusia tidak serta-merta ikut.
Intinya, perubahan kalender bukan cuma perkara teknis, tapi juga soal kenangan kolektif. Banyak institusi, tradisi, dan catatan sejarah sudah terikat pada sistem lama. Bayangkan saja: tiba-tiba memindahkan semua tradisi 10–13 hari ke depan itu terasa seperti merelokasi masa lalu. Makanya sejarah membuat Rusia punya alasan kuat untuk bertahan pada beberapa kebiasaan lama.
- Agama dan Identitas Budaya
Ketika Revolusi 1917 mendorong Rusia modern untuk merangkul dunia luar, pemerintah Soviet akhirnya menetapkan kalender Gregorian untuk urusan sipil (tahun 1918). Tapi Gereja Ortodoks yang punya peran besar dalam kehidupan spiritual banyak orang memilih tetap mempertahankan kalender Julian untuk liturgi dan hari-hari suci. Itu bukan semata-mata soal angka di kalender, melainkan tentang ritme spiritual yang diwariskan turun-temurun.
Jadi, ketika orang Rusia merayakan Natal Ortodoks pada 7 Januari (yang secara teknis adalah 25 Desember menurut Julian), mereka sedang menjaga kesinambungan tradisi agama. Untuk mereka, kalender Julian itu bagian dari identitas religius dan budaya sesuatu yang tak gampang ditukar hanya karena alasan administratif. Dari situ muncul situasi “dua kalender” yang hidup berdampingan: satu formal, satu sakral.
- Praktis dan Simbolis Sekaligus
Akhirnya, hidup berdampingan dengan dua kalender itu punya sisi praktis dan simbolis. Praktisnya, memakai kalender Gregorian memudahkan hubungan internasional: perdagangan, diplomasi, dan jadwal resmi lain berjalan selaras dengan mayoritas dunia. Simbolisnya, tetapnya kalender Julian di ranah keagamaan memberi rasa continuity jembatan antara masa lalu dan masa kini.
Fenomena ini mirip situasi di negara lain yang memakai dua sistem waktu atau dua kalender untuk tujuan berbeda (misalnya kalender nasional versus kalender agama). Di Rusia, hasilnya kadang lucu, yaitu mereka merayakan “Tahun Baru” dua kali yang pertama 1 Januari (Gregorian), lalu “Old New Year” pada 14 Januari (versi Julian). Bagi sebagian orang itu malah menambah keseruan: ada dua momen untuk berkumpul, makan, dan bertukar kabar.
Singkatnya, Rusia punya dua kalender bukan karena ribet, tapi karena gabungan faktor sejarah, agama, dan juga hal praktis. Kalender Gregorian dipakai biar urusan negara dan hubungan internasional lebih gampang. Sementara itu, kalender Julian tetap dipertahankan untuk tradisi agama dan budaya. Jadi sebenarnya bukan saling bertentangan, justru dua-duanya saling melengkapi dan jadi cara Rusia menjaga ikatan antara warisan masa lalu dengan kehidupan modern sekarang. Cek artikel unik lainnya di lenterabasa.com, ya!
